Pendahuluan
A.Latar Belakang
Pada
waktu islam berkembang diseluruh kepulauan Indonesia, Kerajaan majapahit yang
beragama hindu diperintah oleh Brawija putera Angka Wijaya. Kerajaan tersebut
kemudian mengalami keruntuhan, dan raja yang merobohkan kerajaan Majapahit
ialah Raden Patah dengan delapan menterinya Yaitu sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati. Sunan Kudus, Ngundung Dan
Sunan Demak. Mulai itulah agama islam disebar diseluruh Indonesia dan salah
satunya ialah Kalimatan.
Di
Kalimantan awalnya banyak berdiri kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Namun, karena
penyebaran agama Islam yang mulai pesat dan luas hingga merambah ke daerah
Kalimantan, maka banyak muncul Kerajaan-kerajaan Islam yang mulai berdiri.
Entah karena Kerajaan Hindu-Budha yang beralih memeluk agama Islam, atau juga kerajaan-kerajaan
yang telah berhasil ditaklukan dan mendirikan Kerajaan Islam sendiri.
Beberapa
Kerajaan Islam yang ada di Kalimantan diantaranya ialah Kesultanan Pasir,
Kesultanan Sambas, Kesultanan Banjar, Kesultanan Kartanegara , Kesultanan
Pontianak dan lainnya. Oleh sebab itu kami mengangkat tema “ Kerajaan islam
Pontianak ” Semata mata untuk mengfokuskan kepada pokok pembahasan materil kesultanan
Pontianak.
B.Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah
untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh guru pengajar. Selain itu
pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu serta
pengetahuan tentang Kesultanan Pontianak,dan kehidupannya.
C. Rumusan masalah
1.
Awal mula berdirinya kesultanan
Pontianak
2.
Raja raja yang menguasai kesultanan Pontianak
3.
Bagaimana kehidupan
politik,ekonom,dan social budayanya
4.
Peninggalan budaya.
PEMBAHASAN
1.AWAL MULA BERDIRINYA
Kesultanan ini didirikan oleh Syarif
Abdurrahman Alkadrie, seorang putra ulama keturunan Arab Hadramaut dari
Kerajaan Mempawah, pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang
ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas
Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat
tinggal.
Pada tahun1778 (1192 H), Syarif
Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan
ditandai dengan berdirinya Masjid Jami Pontianak (kini bernama Masjid
Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah yang sekarang terletak
diKelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak.
Dengan menggunakan 14 perahu mereka menyusuri
Sungai Peniti hingga pada akhirnya mereka menetap di sebuah tanjung bernama
Kelapa Tinggi Segedong. Namun, Syarif Alkadrie merasa bahwa tempat tersebut
tidak tepat untuk didiami, dan akhirnya mereka melanjutkan perjalanan balik ke
hulu sungai melalui Sungai Kapuas Kecil. Ketika menyusuri sungai tersebut
rombongan Syarif Alkadrie menemukan sebuah pulau kecil bernama Batu
Layang.Mereka kemudian singgah sejenak. Konon mereka pernah diganggu oleh hantu-hantu
di sana yang menyebabkan Syarif Alkadrie meminta anggotanya untuk mengusirnya.
Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas.
Pada tanggal 23 Oktober1771 (14 Rajab 1184
H), tepatnya menjelang subuh, mereka akhirnya sampai di persimpangan Sungai
Kapuas dan Sungai Landak. Rombongan Syarif Alkadrie kemudian menebang
pohon-pohon di hutan selama delapan hari guna keperluan membangun rumah, balai,
dan sebagainya. Di tempat itulah Kesultanan Kadriah berdiri, beserta Masjid Djami‘
(yang telah berdiri sebelumnya) dan Keraton Pontianak (yang berdiri setelah
berdirinya kesultanan). Pada tanggal 8 Sya‘ban tahun 1192 H, Syarif Alkadrie
akhirnya dinobatkan sebagai Sultan Pontianak (Kesultanan Kadriah) dengan gelar
Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie. Kesultanan ini merupakan kerajaan
paling akhir yang ada di Kalimantan dan sebagai cikal bakal berdirinya Kota
Pontianak.
Penobatan Syarif Idrus Abdurrahman al-Alydrus
sebagai Raja Pontianak dilakukan oleh Sultan Raja Haji, penguasa Kesultanan
Riau. Penobatan tersebt dihadiri oleh para pemimpin dari sejumlah kerajaan,
anara lain Kerajaan Matan, Sukadana, Kubu, Simpang, Landak, Mempawah, Sambas,
dan Banjar. Syarif Idrus Abdurrahman al-Alydrus memang memiliki kedekatan
hubungan dengan keluarga Kesultanan Riau.
Tahun 1778, VOC datang ke Kalimantan Barat
mengganggu kestabilan Kerajaan Pontianak. Syarif Idrus Abdurrahman al-Alydrus
dihasut supaya menguasai kerajaan-kerajaan yang selama ini menjadi sekutu
Kerajaan Pontianak. Atas bantuan VOC pada tahun 1787, Kerajaan Pontianak
berhasil menguasai Kesultanan Tanjungpura dan Mempawah. Tahun 1808, Syarif
Idrus Abdurrahman al-Alydrus meninggal dan terjadilah perebutan kekuasaan
antara kedua putranya, yaitu Syarif Kasim dan Syarif Usman. Akhirnya, Syarif
Kasim yang terpilih menjadi raja Pontianak akibat pengaruh VOC walaupun
sebenarnya ayah mereka sudah menunjuk Syarif Usman sebagai raja Pontianak.
Di bawah pemerintahan Sultan Syarif Kasim
Alkadrie (1808-1819), Kerajaan Pontianak semakin bergantung pada pihak-pihak
asing, yaitu Belanda dan Inggris sejak tahun 1811. Setelah Sultan Syarif Kasim
wafat pada 25 Februari 1819, Syarif Usman Alkadrie (1819-1855) naik
tahta sebagai Sultan Pontianak. Pada masa kekuasaan Sultan Syarif Usman,
banyak kebijakan bermanfaat yang dikeluarkan olehnya, termasuk dengan
meneruskan proyek pembangunan Masjid Jami’ pada 1821 dan perluasan
Istana Kadriah pada tahun 1855. Pada April 1855, Sultan Syarif Usman
meletakkan jabatannya sebagai sultan dan kemudian wafat pada 1860.
Anak tertua Sultan Syarif Usman, Syarif Hamid
Alkadrie (1855-1872), lalu dinobatkan sebagai Sultan
Pontianak pada 12 April 1855. Dan ketika Sultan Syarif Hamid
wafat pada 1872, putra tertuanya, Syarif Yusuf Alkadrie (1872-1895) naik
tahta beberapa bulan setelah ayahnya wafat. Sultan Syarif Yusuf dikenal sebagai
satu-satunya sultan yang paling sedikit mencampuri urusan pemerintahan. Dia
lebih aktif dalam bidang keagamaan, sekaligus merangkap sebagai penyebar
agama Islam.
Pemerintahan Sultan Syarif Yusuf berakhir
pada 15 Maret 1895. Dia digantikan oleh putranya, Syarif Muhammad
Alkadrie (1895-1944) yang dinobatkan sebagai Sultan Pontianak pada 6
Agustus 1895. Pada masa ini, hubungan kerjasama Kesultanan Pontianak
dengan Belanda semakin erat dan kuat. Masa pemerintahan Sultan Syarif
Muhammad merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Kesultanan
Pontianak. Ia sangat berperan dalam mendorong terjadinya pembaruan dan
modernisasi di Pontianak.
Kesultanan ini berlangsung selama hampir dua
abad, yaitu sejak tahun 1771 hingga tahun 1950. Ketika kesultanan ini berakhir
pada tahun 1950, yaitu seiring dengan bergabungnya banyak daerah dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka sistem pemerintahan juga berubah
menjadi pemerintahan Kota Pontianak. Pada tahun 1943-1945, pejuang-pejuang di
Kalimantan Barat ikut berjuang melawan kolonialisme Jepang di Indonesia,
sebagaimana yang dilakukan pejuang-pejuang di Jawa dan Sumatera.
Kesultanan Kadriah merupakan kerajaan
terbesar di wilayah Kalimantan beserta kerajaan-kerajaan lain, seperti Kerajaan
Sambas dan Kerajaan Banjar. Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung
dengan adanya jalur pelayaran dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal
nusantara dan asing yang datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai
jenis barang dagang. Di antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian,
emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang
burung, kopra, lada, kelapa, dan sebagainya.
Proses ini juga berpengaruh terhadap kehidupan
sosial masyarakat yang kemudian banyak mengembangkan kegiatan ekonomi,
pertanian, dan perdagangan.Tidak sedikit dari para pendatang yang kemudian
bermukim di daerah ini. Setiap pendatang yang berasal dari suku bangsa yang
berbeda diberikan tempat tersendiri untuk bermukim. Sehingga nama-nama daerah
(kampung) lebih menunjukkan karakteristik ras dan etnisitas, seperti ada
Kampung Bugis, Melayu, Tambelan Sampit, Banjar, Bali, Bangka-Belitung, Kuantan,
Kamboja, Bansir, Saigon, Arab, Tanjung, Kapur, Parit Mayor, dan sebagainya.
Adanya kampung-kampung tersebut menunjukkan bahwa komposisi masyarakat di
Kesultanan Kadriah terdiri dari keturunan pribumi (termasuk Melayu), Arab,
Cina, Eropa, dan sebagainya. Heterogenitas etnik merupakan ciri utama komposisi
masyarakat di Kesultanan Kadriah (kini namanya Pontianak).
2.RAJA RAJA PENGUASA PONTIANAK
·
Sultan
Syarif Abdurrahman Alkadrie bin Habib Husein Alkadrie
·
Sultan
Syarif Kasim Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie
·
Sultan
Syarif Usman Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie
·
Sultan
Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Usman Alkadrie
·
Sultan
Syarif Yusuf Alkadrie bin Sultan Syarif Hamid Alkadrie
·
Sultan
Syarif Muhammad Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie
·
Mayjen
KNIL Sultan Hamid II (Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad
Alkadrie
·
Sultan
Syarif Abubakar Alkadrie bin Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad
Alkadrie
3.KEHIDUPAN POLITIK EKONOMII,SOCIAL
BUDAYA
·
POLITIK
Kesultanan ini berlangsung selama
hampir dua abad, yaitu sejak tahun 1771 hingga tahun 1950. Selama kesultanan
ini masih eksis terdapat delapan sultan yang pernah berkuasa. Ketika kesultanan
ini berakhir pada tahun 1950, yaitu seiring dengan bergabungnya banyak daerah
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka sistem pemerintahan juga
berubah menjadi pemerintahan Kota Pontianak.Pada tahun 1943-1945,
pejuang-pejuang di Kalimantan Barat ikut berjuang melawan kolonialisme Jepang
di Indonesia, sebagaimana yang dilakukan pejuang-pejuang di Jawa dan Sumatera.
Puncaknya, pada tanggal 16 Oktober 1943 terjadi pertemuan rahasia di Gedung
Medan Sepakat Pontianak yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat dari
berabagai golongan. Mereka bersepakat untuk merebut kekuasaan dari pemerintah
kolonial Jepang dan mendirikan Negeri Rakyat Kalimantan Barat dengan lengkap 18
menterinya.
·
EKONOMI
Perdagangan merupakan kegiatan yang
menopang kehidupan ekonomi di Kerajaan Pontianak. Kegiatan perdagangan
berkembang pesat karena letak Pontianak yang berada di persimpangan 3 sungai.
Pontianak juga membuka pelabuhan sebagai tempat interaksi dengan pedagang luar.
Komoditas utamanya antara lain Garam,
berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, ,pinang,
sarang burung, kopra, lada, dan kelapa.Pontianak memiliki hubungan dagang yang
luas. Selain dengan VOC, pedagang Pontianak melakukan hubungan dagang dengan
pedagang dari berbagai daerah. Kerajaan Pontianak kemudian menerapkan pajak
bagi pedagang dari luar daerah yang berdagang di Pontianak. Tidak sedikit dari
para pendatang yang kemudian bermukim di Pontianak. Mereka mendirikan
perkampungan untuk bermukim sehingga nama-nama perkampungan lebih menunjukkan
ciri ras dan etnis.
·
SOCIAL BUDAYA
Masyarakat Pontianak dikelompokkan
secara sosial berdasarkan identitas kesukuan, agama, dan ras. Pengelompokan
berdasarkan suku, yaitu: pertama, komunitas suku Dayak yang tinggal di daerah
pedalaman. Komunitas ini dikenal tertutup, lebih mengutamakan kesamaan dan
kesatuan sosio-kultural. Kedua, komunitas Melayu, Bugis, dan Arab, yang dikenal
sebagai penganut Islam terbesar di daerah ini yang lebih menekankan aspek
sosio-historis sebagai kelas penguasa. Ketiga, imigran Cina yang tinggal di
daerah pesisir, yang dikenal sebagai satu kesatuan sosio-ekonomi.
Selain itu,pengaruh agama islam juga
mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat Pontianak,baik tradisi dan
adat.
4.PENINGGALAN BUDAYA
·
Tradisi Saprahan (Makan Dalam
Kebersamaan)
·
Kata Saprahan sudah asing terdengar di
telinga masyarakat Kalbar, padahal kata ini adalah sebuah jamuan makan yang
melibatkan banyak orang yang duduk di dalam satu barisan, saling berhadapan
dalam duduk satu kebersamaan. Masa kini tradisi tersebut telah berganti menjadi
sebuah trend baru prasmanan, dimana sulit untuk mempertemukan sekelompok orang
atau masyarakat dalam satu majelis, saling berbagi rasa tanpa syak swangka,
saling berhadapan sembari menikmati hidangan makanan di hadapannya.
·
Pantun
·
Mantra
·
Syair
·
Jepin Lembut
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia sangatlah kaya akan
budaya.Itu karena disebabkan oleh agama yang menghasilkan kebudayaan baru,atau
akulturasi dari berbagai macam budaya.Keragaman budaya Indonesia juga di
pengaruhi oleh kehidupan politik yang telah ada.Maka setiap wilayah kerajaan
memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda.
Saran
Hargailah perbedaan yang ada.Salinglah menghormati antar
sesame,karena berbagai maca budaya yang telah ada,adalah hasil dari pada pola
fikir dan kebiasaan yang telah lama terbentuk sejak masa masa kerajaan
Daftar pustaka
·
Buku sejarah
paket k-13
bagus............
BalasHapusmakasih infonya
BalasHapusTitanium - Titanium Art - Home
BalasHapusTITBIRD ford escape titanium for sale ART FOR SMOKING SIZE titanium density | TOOL. is titanium a conductor TITBIRD ART For SMOKING SIZE | TOOL. titanium suppressor TITBIRD ART For SMOKING SIZE | titanium watches TOOL. TITBIRD ART For SMOKING SIZE | TOOL.
bo897 dope skijacke,golden goose shoes,dopebrasil,vasquemilano,new balance sko,montecjapan,pepe jeans portugal,russell and bromley portugal,yeezy slovensko bv337
BalasHapus